Posted on 22 Juli 2011 by muhammadsugiono
Oleh: Syamsuddin Ramadhan

Agar kita tidak mengulangi lagi
kesalahan-kesalahan sebelumnya, ada beberapa persiapan yang patut dilakukan.
Persiapan tersebut dilakukan agar kita berhasil mendapatkan buah Ramadhan yang
mahal dan agar kita dapat melakukan amaliyah di bulan Ramadhan secara optimal
dan maksimal. Sehingga, kita tidak hanya merasa senang dan gembira dengan
datangnya Ramadhan, akan tetapi kita memang sudah siap dengan persiapan yang
matang untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan di bulan itu.
Persiapan Nafsiyah
(Kejiwaan)
Yang dimaksudkan dengan persiapan nafsiyyah adalah persiapan–persiapan yang dilakukan
untuk menyiapkan jiwa dan moral kita, sehingga secara kejiwaan kita sudah siap
menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan hati gembira, dan menyadari
sepenuhnya bahwa Ramadhan adalah bulan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Kesiapan jiwa yang sempurna, hingga tercipata sebuah persepsi di dalam diri
kita, bahwa Ramadhan bukanlah bulan penuh beban, melainkan bulan untuk
berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di
sisi Allah SWT.
Persiapan Fikriyah
(ilmu)
Agar kita dapat melakukan aktivitas kebaikan
di bulan Ramadhan secara optimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam
mengenai fiqh ash-shiyâm. Oleh karena itu, persiapan fikriyah tidak kalah pentingnya
bagi seorang Mukmin agar ia benar-benar mendapatkan rahmat, berkah, dan ampunan
dari Allah SWT. Dengan pemahaman fiqh ash-shiyâm yang baik, dia akan memahami dengan benar, mana perbuatan
yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan
nilai dan kualitas shiyamnya.
Atas dasar itu, seorang Mukmin wajib membekali
dirinya dengan pengetahuan yang utuh tentang fiqh ash-shiyâm. Ini ditujukan agar kita secara fikriyyah,
benar-benar siap menjalankan ibadah di bulan Ramadhan sesuai dengan tuntunan
Allah dan RasulNya.
Persiapan Jasadiyah
(fisik)
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas
Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, baik untuk melaksanakan shiyamnya,
tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang
baik, tentunya seseorang akan dapat melakukan ibadah-ibadah tersebut tanpa
satupun yang terlewatkan. Sebab, bila kondisi fisik tidak prima akan terbuka
peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan
dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila ibadah-ibadah itu terlewatkan,
nilai amaliyah Ramadhan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.
Persiapan Materi
Persiapan materi di sini, bukanlah persiapan
yang ditujukan untuk membeli pakaian baru, mengumpulkan bekal perjalanan pulang
kampung atau untuk membeli kue-kue iedul fitri. Akan tetapi, persiapan materi
di sini adalah persiapan materi yang ditujukan untuk infaq, shadaqah dan zakat.
Sebab, nilai balasan infaq, shadaqah dan zakat akan dilipat gandakan
sebagaimana kehendak Allah SWT. Karenanya, mempersiapkan materi di sini mesti
dilakukan sedini mungkin, agar dapat dimenej dengan sebaik-baiknya.
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwâsah (bulan santunan). Di dalam bulan ini, sangat
dianjurkan untuk memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala
yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi
kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebutir kurma, seteguk air,
atau sesendok mentega.
Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan sangat dermawan dan pemurah. Digambarkan, bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah Saw kepada masyarakat begitu merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibn ‘Abbas ra:
Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan sangat dermawan dan pemurah. Digambarkan, bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah Saw kepada masyarakat begitu merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibn ‘Abbas ra:
“Sungguh, Rasulullah Saw saat bertemu dengan malaikat
Jibril, lebih dermawan dari pada angin yang dilepaskan.”[HR. Muttafaqun ‘alaih].
Santunan dan sikap ini sudah barang tentu
tidak dapat dilakukan dengan baik, kecuali jauh sebelum Ramadhan telah ada
persiapan-persiapan materi yang memadai.
Persiapan Ramadhan
Untuk Anak Kita
Dalam menyambut bulan Ramadhan, kadangkala
kita lupa, atau bahkan tidak pernah mempersiapkan anak-anak kita sejak usia
dini untuk “belajar” berpuasa. Padahal, membiasakan diri dengan
perilaku-perilaku yang baik kepada anak-anak kita merupakan bentuk kepedulian
kita terhadap masa depan anak-anak.
Namun demikian, mengantarkan anak untuk
berpuasa dan memahami maknanya, sungguh bukanlah pekerjaan yang mudah.
Keberhasilan kita dalam mengkondisikan anak, memerlukan persiapan sejak jauh
hari. Ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, untuk
merancang pola pendidikan terbaik bagi putra-putri kita selama bulan Ramadhan.
Mengenalkan Ramadhan
Lewat Cerita
Stasiun TV biasanya getol mengiklankan
tayangan-tayangan favorit guna menyambut Ramadhan, jauh sebelum Ramadhan tiba.
Mereka terus menerus menjajakan acara-cara religiusnya untuk mengisi bulan
Ramadhan. Oleh karena itu, jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, Anda pun harus
memiliki cara khusus untuk mempersiapkan putra-putri Anda. Lalu, bagaimana
caranya? Mudah saja, manfaatkan kebiasaan mendongeng atau bercerita yang biasa
Anda lakukan. Hanya saja, temanya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
bulan Ramadhan.
Pilih cerita-cerita Islam yang menggambarkan
suasana puasa dan keutamaan bagi yang menjalankannya. Bisa juga cerita mengenai
kisah-kisah menarik seputar Ramadhan, baik mengenai sahabat atau Rasulullah
yang berjuang di bulan Ramadhan. Atau Anda dapat mengarang sendiri cerita yang
ada hubungannya dengan tema tersebut, selain menceritakan pengalaman masa kecil
Anda ketika menjalani ibadah puasa. Ini akan lebih menarik minat anak, sebab,
cerita tersebut lebih hidup dan Anda leluasa berimprovisasi.
Prolog Ramadhan melalui cerita ini dapat
dimulai seminggu sebelum datangnya bulan Ramadhan. Di antara waktu bercerita
tersebut Anda dapat mengajak anak untuk membuat rencana kegiatan selama bulan
Ramadhan nanti, plus target yang ingin mereka capai. Kemukakan juga harapan apa
yang Anda harapkan untuk mereka lakukan.
Lewat cerita ini, suasana Ramadhan sudah
terbangun dalam alam pikiran anak; sehingga, ia akan mengharapkan kedatangan
bulan ini dengan penuh semangat dan antusias.
Membangun Suasana yang
Kondusif
Suasana rumah yang berubah juga akan
mempengaruhi semangat anak. Misalnya dengan mengubah penataan rumah,
mempersiapkan ruang khusus untuk sholat berjamaah dan tadarus
al-Qur’an. Ajak anak-anak
menghiasi ruang tersebut dengan tulisan kaligrafi dan gambar islami.
Demikian pula untuk dekorasi rumah maupun
kamar, mesti didesain agar mampu menciptakan nuansa islami. Misalnya dengan
mengubah letak play station, tv ataupun buku dan majalah yang bersifat umum,
berganti dengan buku-buku atau majalah keislaman yang mudah dijangkau.
Kamar tidur anak dapat dihias dengan tulisan
hadist, motto ataupun semboyan yang akan membangkitkan semangat mereka di saat
nanti mereka menahan lapar dan haus ketika puasa. Tempelkan juga target dan
jadwal kegiatan yang telah disusun bersama. Ibu sebaiknya mempersiapkan
bintang-bintang yang siap ditempel untuk setiap rencana yang berhasil dicapai
anak. Kerjakan bersama anak agar ia termotivasi untuk mendapatkan bintang
sebanyak mungkin sampai akhir Ramadhan.
Kebiasaan Ayah mengecat rumah menjelang
lebaran, yang biasanya dilakukan pada saat puasa, dapat dimulai justru sebelum
Ramadhan. Di samping membangun mood anggota keluarga, juga agar selama Ramadhan
lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan ibadah.
Persiapan Fisik
Ibu dapat mulai menyusun menu dengan gizi yang
seimbang untuk anak yang puasa. Juga mulai melatih pola makan dari 3 kali
sehari menjadi 2 kali saja. Bila dilihat dari pola kebiasaan makan, berpuasa
sebetulnya hanya memindahkan jam, atau mengurangi satu kali waktu makan saja.
Bila biasanya makan 3 kali sehari, menjadi 2 kali, yaitu waktu sahur dan waktu
berbuka puasa.
Penyusunan menu ini untuk menghindari
terjadinya kekurangan zat gizi pada anak. Kecukupan gizi pada anak akan
terpenuhi apabila saat berbuka dan makan sahur mereka mengkonsumsi makanan yang
beragam dalam jumlah yang cukup.
Mengajak Anak Untuk
Bersahur Bersama
Bila esok hari mulai berpuasa, berarti malam
sebelumnya kita disunnahkan melaksanakan sholat taraweh dan sahur. Melatih
anak-anak untuk berpuasa dapat dimulai dengan belajar bangun malam untuk makan
sahur bersama.
Untuk menarik minat anak, siapkan menu makanan
kegemarannya dan buat suasana sahur menyenangkan, sehingga anak tidak merasa
berat bangun tengah malam. Biarkan anak makan di akhir waktu sahur. Awal puasa,
biarkan mereka mencoba dulu puasa hanya setengah hari. Ia akan berbuka pada
tengah hari karena masih latihan. Dengan cara latihan yang bertahap seperti
itu, si anak tidak merasa berat lagi untuk melakukan puasa sehari penuh.
Nilai Plus Puasa Bagi
Anak
Banyak sekali nilai plus puasa bagi anak-anak.
Dari sisi kesehatan, ibadah puasa memberikan istirahat pada organ-organ
pencernaan tubuh, termasuk sistem enzim dan hormonal, yang kemudian akan
bekerja kembali dengan lebih sempurna.
Selain itu, membiasakan puasa pada anak-anak
sejak dini merupakan wahana untuk memupuk sikap disiplin pada diri anak.
Berdisiplin untuk bangun sahur pada malam hari, makan tepat waktu berbuka dan
menahan nafsu. Selain itu, puasa juga termasuk sebagai latihan untuk taat pada
perintah agama.
Latihan ini bukan hanya pada menahan lapar
saja, tetapi lebih penting pada esensi berpuasa itu sendiri. Karenanya, bila
anak memang belum mampu berpuasa setengah hari penuh, biarlah mereka berbuka di
tengah hari. Bukankah segala sesuatunya berlangsung secara bertahap? Termasuk
dalam mendidik si kecil dalam hal puasa.
Pembiasaan puasa juga bisa mendidik anak-anak
untuk jujur, misalnya mereka tetap berpuasa sekalipun teman-temannya di sekolah
tidak. Kalaupun karena tidak kuat menahan lapar atau godaan teman ia terpaksa
berbuka di luar rumah, anak juga bisa diajar untuk berterus-terang, bukan
berbohong dan malu mengakui kesalahannya. (Syamsuddin Ramadhan)
0 comments:
Post a Comment