This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, December 17, 2012

Islam: Penyembuh Masyarakat Yang Sakit

Islam: Penyembuh Masyarakat Yang Sakit

Ibarat tubuh, sebuah masyarakat bisa sakit, juga bisa sehat. Sehat atau tidaknya masyarakat dilihat dari kualitas interaksi sosialnya. Interaksi sosial di dalam masyarakat terjadi karena empat komponen: (1) individu-individunya sebagai anggota masyarakat; (2) kumpulan pemikiran yang diadopsi masyarakat; (3) perasaan kolektif masyarakat; (4) sistem/aturan hidup yang mengatur berbagai interaksi masyarakat (Muhammad Husein Abdullah, 1996).
Jika kita membayangkan bagaimana tubuh kita bekerja agar tetap sehat dan kuat, maka tubuh tentu perlu nutrisi yang cukup yang akan membentuk sistem imun (daya tahan tubuh) sehingga juga akan menguatkan sistem metabolisme dan menjaga organ-organ vital tubuh kita tetap sehat.
Begitu pula masyarakat, selain individu yang baik sebagai anggota masyarakat, maka faktor pertama yang akan membuat masyarakat sehat adalah kualitas nutrisinya yang berupa pemikiran-pemikiran yang sahih untuk membangun fondasi peradaban masyarakat dan menjadi identitas yang jelas bagi warna masyarakat. Kedua adalah perasaan kolektif masyarakat yang berperan sebagai kontrol sosial dan sistem imun karena rasa suka dan benci masyarakat akan menentukan sikap kolektif yang benar terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan. Ketiga adalah bagaimana kualitas sistem kehidupan yang ada mampu mengatur berbagai interaksi sosial tersebut sehingga menyelesaikan berbagai masalah dengan tuntas.
Mendiagnosa “Penyakit” Masyarakat Barat
Tidak ada yang pernah membayangkan sebelumnya bahwa pada abad modern ini ada anggota masyarakat yang merasa terancam dengan masyarakatnya sendiri. Namun, itulah yang terjadi pada masyarakat Barat. Peristiwa teror dari banyak kasus pemuda yang hidup paranoid di lingkungan sosialnya adalah salah satu indikasi kronisnya penyakit masyarakat Barat. Paham individualistik akut yang merupakan buah dari sekularisme ini telah melahirkan generasi yang rusak mentalnya, kosong secara spiritual, gagal mendefinisikan realitas kehidupan, tidak memiliki tujuan hidup dan terobsesi pada tokoh-tokoh imajinatif dari industri hiburan kapitalistik yang mereka ciptakan sendiri.
Percampuran antara materialisme dan kebebasan individu tanpa batas telah menyebabkan kekerasan yang mewabah, keruntuhan bangunan keluarga, makin tingginya depresi sosial, krisis solidaritas antar generasi (intergenerational solidarity crisis) sehingga kaum muda tidak lagi peduli pada mereka yang lanjut usia dan sebaliknya, kesenjangan antara si kaya dan si miskin, hingga gagalnya proses integrasi sosial akibat kegagalan mengelola perbedaan dalam masyarakatnya.
Kebingungan negara-negara Barat dalam menetapkan standar moralitas juga terlihat jelas saat mereka berbeda pandangan dan kebijakan satu sama lain tentang kaum LGBT (Lesbian-Gay-Homoseksual dan Transgender). Demikian pula sikap beberapa negara bagian di Amerika Serikat yang berbeda dengan negara bagian New York dalam mentoleransi ‘Hari Bertelanjang Dada’ bagi perempuan.  Barat telah berada dalam kondisi ‘kebingungan’ dalam menetapkan standar moralitas. Ini terjadi pada level perumusan kebijakan saat standar mereka berbeda-beda, berubah-ubah dan saling bertentangan satu sama lain.
Ketika Barat terus berupaya menyebarkan nilai-nilai dan ideologi mereka kepada dunia dengan cara yang sangat arogan dan memfit-nah peradaban Islam, maka sebenarnya mereka telah mencoba untuk menyembunyikan kepu-tusasaan yang mereka ciptakan pada masyarakat mereka sendiri dan di seluruh dunia. Sekarang Barat tidak lagi mampu menyembunyikan kemunduran dan kerusakan peradabannya.
Masyarakat Barat bercirikan 3 hal: sekular, pragmatis dan hedonis. Sebagaimana yang  dikemukakan oleh Taqiyuddin an-Nabhani (1953) dalam Nizham al-Islam Kapitalisme Barat: (1) berasaskan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan); (2) Berstandar manfaat (utilitarianisme/pragmatisme) dalam mengukur segala perbuatan manusia; (3) Bersifat hedonis (mementingkan kenimatan fisik) dalam memahami makna kebahagiaan.
Dari sini bisa didiagnosa interaksi sosial masyarakat Barat dengan menggunakan definisi masyarakat yang telah diurai pada awal tulisan. Intinya, sakitnya masyarakat Barat sangat dipengaruhi oleh:
1)   Anggota masyarakat yang individualistik dan materialistik.
2)   Pemikiran yang rancu dan ‘kosong’ secara spiritual akibat sekularisme yang diadopsi masyarakat Barat sebagai pemikiran dasar.
3)   Perasaan kolektif yang kacau akibat pragmatisme dan hedonisme yang membuat standar sikap di masyarakat berbeda-beda dan berubah-ubah
4)   Sistem yang zalim dan berpihak akibat penerapan sistem demokrasi- kapitalisme
Semua komponen di atas adalah akar dari penyakit yang melanda masyarakat Barat. Interaksi sosial masyarakatnya didominasi oleh kebebasan berperilaku yang sangat individualistik dan materialistik, ditambah dengan berbagai kebijakan dan undang-undang yang saling bertentangan dan berubah-ubah satu sama lain.
Sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan adalah penyebab yang paling mendasar dari kerusakan masyarakat, Selain bertentangan dengan fitrah manusia, akidah sekulerisme juga bertentangan dengan rasionalitas (akal). Nilai-nilai pemikiran Barat yang sekularistik ini telah gagal dalam memberi nutrisi pada kehidupan masyarakatnya. Akibatnya, masyarakat Barat nyaris tidak lagi memiliki identitas yang jelas.
Perasaan kolektif masyarakat Barat juga mengalami gangguan kronis karena sikap apatis dan individualistik menjalar ke seluruh sendi masyarakat. Standar kebijakan negara yang berubah-ubah dan berbeda-beda karena faktor pragmatisme, selain menciptakan kebingungan di antara anggota masyarakat, juga menambah kebingungan para pembuat kebijakan. Akibatnya, kontrol sosial serta integritas sosial sulit untuk dibentuk.
Belum lagi berbicara tentang sistem yang diterapkan, yang paling besar pengaruhnya pada kualitas interaksi sosial di masyarakat. Barat telah menerapkan sebuah sistem yang bukan hanya menciptakan tata dunia yang tidak adil yang dicirikan oleh imperialisme lewat mekanisme hutang, perdagangan yang tidak adil, dukungan bagi para diktator dan tiran, dan pendudukan yang ilegal. Ketidakadilan itu juga tampak jelas di dalam negerinya masing-masing saat  kesenjangan antar si kaya dan si miskin kian menjadi. Pada saat yang sama kebebasan sipil dikurangi dengan cara menteror rakyatnya sendiri.
Kesimpulan diagnosanya, penyakit masyarakat di Barat semua berpangkal pada ideologi Kapitalisme yang cacat sejak lahir dan mengandung bibit-bibit kanker sejak awal. Ideologi Kapitalisme telah merusak individu, pemikiran dan perasaan yang ada pada masyarakat Barat dalam jangka panjang.
Karena itu, penting menyimak firman Allah SWT berikut:
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (١٥)
Adapun kaum ‘Ad, mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Namun, mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami (QS Fushshilat [41]: 15).
Kualitas Interaksi Sosial dalam Masyarakat Islam
Jika Amerika menghabiskan ratusan juta dolar untuk penelitian dalam mengatasi problem sosial di masyarakatnya, maka dengan bahasa elegan Sayyid Quthb berujar, “Islam melenyapkan kebiasaan yang telah mengakar di masyarakat jahiliah hanya dengan beberapa lembar ayat Quran.” SubhanalLah.
Kutipan ilustrasi di atas adalah benar adanya. Islam memiliki solusi mengakar untuk menciptakan masyarakat yang sehat jiwanya. Islam dengan seluruh risalahnya yang luhur telah menjaga bangunan masyarakat dengan penjagaan yang sempurna. Akidah dan hukum-hukum Islam telah menjaga 8 (delapan) hal yang ada dalam masyarakat (Muhammad Husein Abdullah, 1996), yakni: (1) memelihara agama;  (2) memelihara jiwa; (3) memelihara akal; (4) memelihara keturunan; (5) memelihara harta benda; (6) memelihara kehormatan; (7) memelihara keamanan; (8) memelihara negara.
Masyarakat Madinah adalah model terbaik dari masyarakat yang sehat dan berperadaban luhur. Islam, sejak kelahirannya di Jazirah Arab, telah menorehkan prestasi yang luar biasa dalam membawa masyarakatnya pada keluhuran martabat. Dalam naungan wahyu Allah SWT, Islam juga berhasil melebur pemikiran dan perasaan masyarakatnya dalam kemurnian akidah Islam serta keharmonian hukum-hukumnya. Tidak aneh jika keutamaan kota Madinah diilustrasikan oleh Rasulullah saw. seperti alat peniup tungku pandai besi yang mampu menyingkirkan karat besi. Rasulullah saw. bersabda:  “Madinah itu seperti tungku (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (HR al-Bukhari).
Rasulullah saw. juga mengibaratkan kehidupan masyarakat Islam seperti sekelompok orang yang mengarungi lautan dengan kapal, “Perumpamaan orang yang teguh menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang melanggarnya bagaikan sekelompok orang yang berada di sebuah kapal. Sebagian berada di atas dan sebagian lagi di bawah. Adapun mereka yang berada di bawah, bila memerlukan air minum, harus naik ke melewati orang-orang yang berada di atas, sehingga mereka berkata, “Lebih baik kita lubangi saja kapal ini agar tidak mengganggu saudara-saudara kita yang berada di atas.” Bila mereka yang berada di atas membiarkan niat orang-orang yang berada di bawah, niscaya binasalah mereka semua. Akan tetapi, bila mereka mencegahnya maka akan selamatlah mereka semua.” (HR al-Bukhari).
Gambaran analogi kapal ini menunjukkan perasaan kolektif masyarakat berfungsi dengan baik sebagai kontrol sosial yang efektif, karena jika ada seseorang yang hendak mengambil air dengan melobangi kapal dan tidak ada orang lain yang mencegahnya, niscaya yang tenggelam adalah seluruh penumpang kapal. Kepedulian sosial seperti ini menjadi sistem imun yang kuat jika berbagai penyakit datang menghinggapi masyarakat. Dengan itu terwujudlah masyarakat yang sehat individunya, pemikirannya, perasaannya serta sistemnya dengan ideologi Islam.
Secara ringkas komposisi masyarakat Islam adalah:
1)   Anggota masyarakat yang bertakwa.
2)   Pemikiran yang lurus di bawah bimbingan wahyu sehingga memberi identitas kuat bagi fondasi masyarakat.
3)   Perasaan kolektif yang kuat dan jelas sehingga fungsi kontrol sosial, yakni amar makruf nahi mungkar, menjadi sangat efektif.
4)   Sistem yang adil dan mampu menuntaskan persoalan-persoalan di masyarakat, yakni Daulah Islam.
Peran Muslimah
Sebagai anggota masyarakat, perempuan berada di pusat perang budaya di banyak negara Muslim sekarang ini. Mereka dipandang sebagai “pengemban budaya”, pengelola tradisi dan nilai-nilai keluarga, serta benteng terakhir melawan penetrasi dan dominasi budaya Barat. Perempuan Muslim memegang peranan penting dalam mempertahankan keluarga dan sekaligus identitas Islam masyarakat Muslim. Masyarakat yang sehat bisa dicapai jika kaum Muslimah sadar di mana posisinya yang tepat dan kembali meraih posisi itu. Posisi utama perempuan adalah sebagai pendidik generasi muda. Ibu yang cerdas, beriman dan sadar akan tugas utamanya, akan melahirkan generasi-generasi pejuang yang akan memperbaiki kondisi umat Islam.
Di Barat, wujud dan peran utama perempuan ini telah dihancurkan. Akibatnya, yang terjadi adalah penyakit sosial dan kejahatan merajalela. Kezaliman yang paling buruk adalah rusaknya moral dan integritas kaum perempuan, karena akan menjalar ke seluruh sendi sosial masyarakat. Hancurnya peran perempuan dalam menjaga masyarakatnya tampak jelas di Barat. Baru-baru ini belasan perempuan di kota New York melakukan aksi protes dengan telanjang dada. Mereka menuntut kesetaraan di semua negara bagian AS untuk melegalkan kebolehan perempuan bertelanjang dada. Masya Allah. Bisa dibayangkan dampak dari liarnya perilaku perempuan di Barat. Wajar jika masyarakatnya menderita sakit kronis berkepanjangan.
Berbeda dengan Barat, Islam menjaga kehormatan kaum perempuan dengan hukum-hukumnya yang mulia. Perempuan diminta menutup aurat dan berhijab dan berbagai hukum lainnya yang sangat melindungi perempuan. Setelah menjaga kehormatannya, Islam memerintahkan kaum perempuan untuk menjalankan berbagai peran yang luar biasa dalam menjaga masyarakat, yakni berperan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (ummun wa robbatul bayt), mendidik anak-anak mereka dan menguatkan suami mereka dalam mengemban Islam. Peran ini akan menjaga bangunan institusi keluarga sebagai unit terkecil dari bangunan masyarakat. Ibarat tubuh masyarakat, maka keluarga adalah sel-selnya, jika sel-selnya sehat maka sehat pula masyarakatnya.
Dalam lingkup yang lebih strategis, jika kuatnya peran Muslimah sebagai ibu semakin terakumulasi dalam masyarakat, berpadu dengan perannya sebagai da’iyah dan pengemban dakwah, maka terwujudlah peran sebagai Ibu generasi (ummu ajyal) yang dijalankan oleh kaum Muslimah dengan kesadaran politik tinggi. Tak bisa dibantah lagi, kesempurnaan peran yang digariskan Islam kepada perempuan justru menjadikan perempuan sebagai penguat peradaban dan penentu sehatnya sebuah masyarakat.
Penutup
Selain kewajiban amar makruf nahi mungkar serta peran terhormat kaum Muslimah untuk menjaga masyarakat, Islam juga telah memberikan sebuah sistem yang satu dan komprehensif yang akan memberi kesembuhan masyarakat yang sakit seberapapun parahnya. Sistem ini tiada lain adalah Khilafah Islam. Sebagaimana perkataan Utsman bin Affan ra., “Sesungguhnya Allah SWT memberikan wewenang kepada penguasa untuk menghilangkan sesuatu yang  tidak bisa dihilangkan oleh al-Quran.”
Khalifah sebagai pemimpin umum umat Islam akan mengatur berbagai interaksi sosial dan menghilangkan berbagai penyakit di dalam masyarakat dengan akidah dan hukum-hukum Islam yang mulia. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Fika M. Komara; (Anggota Woman Section, Central Media Iffice, Hizbut Tahrir)]

Cara Islam Mengatasi Kriminalitas Remaja

Cara Islam Mengatasi Kriminalitas Remaja

Kekerasan dan pergaulan bebas menjadi potret buram kehidupan remaja saat ini. tawuran antarpelajar, seks bebas, hamil di luar nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual dan peredaran VCD porno, narkoba dan HIV/AIDS menjadi perkara yang lumrah di kalangan remaja saat ini. Padahal remaja merupakan generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet kebangkitan umat.
Kapiltalisme: Biang Kerok
Sederet potret buram remaja menjadi bukti kegagalan sistem Kapitalisme yang diterapkan, di antaranya melalui sistem pendidikan generasi saat ini. Sistem pendidikan sekular kapitalis telah menyita sebagian besar waktu dan tenaga siswa untuk mengabaikan aspek pembentukan kepribadian yang kuat. Sekolah sebagai institusi pendidikan alih-alih mencetak remaja yang berkualitas yang memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan tujuan pendidikan, namun justru menghasilkan remaja yang menciptakan banyak masalah. Sekolah yang baik seharusnya mampu membentuk kepribadian yang baik.  Sebaliknya, sekolah yang buruk adalah yang abai terhadap hal-hal tersebut. Inilah realita yang terjadi kini.
Sebenarnya Pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa serta berkembangnya potensi diri secara optimal. Tentu, ini adalah sebuah tujuan yang sangat ideal, dan memang itulah yang diharapkan dari sebuah proses pendidikan. Pendidikan harus melahirkan sosok manusia yang mempunyai kepribadian khas yang muncul dari keimanan dan ketawaan yang tinggi serta memiliki kemampuan berbasis kompetensi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan diarahkan untuk menempa kepribadian siswa yang kuat dan mengembangkan potensi keterampilan secara optimal.
Hanya saja, apabila kita menengok realita kehidupan para pelajar saat ini, tujuan ini terasa sangat klise.  Kalangan remaja sebagai output pendidikan saat ini jauh dari sosok manusia muttaqin dalam makna hakikinya. Kini, alih-alih ada rasa bangga bila bertemu dengan gerombolan remaja berseragam sekolah, yang ada adalah rasa was-was, khawatir menjadi korban tingkah polahnya yang buruk, bak preman jalanan.
Dengan kurikulum sekular kapitalistik, para pelajar kian terbentuk menjadi pribadi yang kering jiwanya, keras mentalnya, bahkan jumud dari mencari solusi berbagai persoalan yang menimpanya. Kata iman dan takwa tidak lebih dari lips service.  Kata ‘iman’ dan ‘takwa’ tidak mewujud dalam kenyataan.  Padahal sejatinya, apabila strategi pendidikan seiring dengan tujuannya, maka akan dihasilkan target optimal, yaitu terbentuknya sosok generasi ideal.  Namun, fakta menunjukkan bahwa ada perbedaan antara konsep dan metode pelaksanaannya.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, nilai-nilai demokrasi dan HAM menjadi acuan dalam proses pendidikan  sehingga proses pembelajaran mengacu pada target tercapainya nilai-nilai tersebut.  Inilah fakta yang menunjukkan ada ketidaksesuaian antara visi dan misi pendidikan.  Visinya menjadi insan mu’min dan muttaqin, namun misinya melalui penanaman nilai HAM dan demokratisasi. Akankah misi ini dapat mewujudkan visi pendidikan?  Ataukah memang visi pendidikan nasional sudah mengalami disorientasi?  Bila benar, tentu tidak salah jika kita mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional yang dicanangkan tersebut hanyalah lips service saja.
Bila memang yang diinginkan adalah terbentuknya insan yang mu’min-muttaqin, relevankah bila ditempuh dengan cara memberikan pelajaran agama yang hanya dua jam pelajaran saja dalam satu minggu (2 jam dari 40 jam, hanya 5% dari pelajaran lainnya). Itu pun jika harinya tidak libur dan gurunya tidak bolos. Lebih dari itu penyampaian pelajaran lebih bersifat teoretis, kurang sisi implementatif, ditambah sarana praktik pendidikan agama yang sangat minim. Karena itu, wajar jika kemudian para pelajar memposisikan pelajaran agama tidaklah berbeda dengan pelajaran lainnya, yang hanya untuk dihapal karena akan keluar di soal ujian.
Belum lagi berbicara tentang kualitas guru. Sistem Kapitalisme, selain membebani guru dengan setumpuk bahan ajar yang harus disampaikan kepada siswa, mereka juga dipusingkan dengan beban hidup yang kian menghimpit, seiring dengan penghargaan Pemerintah yang jauh dari nilai layak bagi insan pendidik ini. Walhasil, proses belajar mengajar hanya sekadar untuk memenuhi kewajiban saja, tidak lebih dari itu. Kondisi ini juga semakin diperparah dengan metode ajar yang hanya mengedepankan transformasi ilmu saja dan mengabaikan transformasi perilaku positif yang menjadi suri teladan.  Lihat saja banyak berita tentang bagaimana perilaku guru yang tidak memberikan contoh perilaku yang baik. Kasus guru yang berbuat kasar dengan membentak, menempeleng, atau menendang terhadap muridnya adalah contoh betapa wajar jika para siswa berulah anarkis, karena gurunya pun mengajarkan perilaku seperti itu.
Tidak dipungkiri pula bahwa dalam kurikulum pendidikan yang sekular kapitalistik ini, untuk membentuk sosok pelajar yang mu’min-muttaqin hanya bertumpu pada materi agama. Adapun pada pelajaran lain, tidak ada penanaman nilai kepribadian untuk menjadi mu’min-muttaqin.  Mengapa demikian? Karena sistem pendidikan nasional kita tidak berbasis agama.  Agama ditempatkan jauh dari urusan pendidikan.  Pendidikan di negeri ini menganut paham pemisahan agama dari pengaturan urusan masyarakat (sekular).   Akibatnya, terjadi dikotomi antara pelajaran agama dan pelajaran umum lainnya.  Pelajaran umum (non agama) berada di wilayah yang ‘bebas nilai’, yang sama sekali tidak tersentuh standar nilai agama.  Kalau pun ada hanyalah etik-moral yang tidak bersandar pada nilai agama.  Karena itu, wajar bila pembentukan kepribadian hanya dibebankan pada pelajaran agama saja.
Lemahnya Peran Keluarga
Kehidupan kapitalistik yang berlaku saat ini tidak hanya menjadi pangkal persoalan pendidikan di sekolah. Keluarga pun terkena imbasnya. Keluarga adalah basis pendidikan yang utama bagi setiap insan. Namun, sistem Kapitalisme telah memaksa para orangtua abai dalam proses pendidikan anak-anaknya. Kapitalisme telah menyebabkan beban hidup setiap keluarga terus mencekik. Keluarga pun harus memutar otak mencari penghidupan. Dengan  dalih mencapai penghidupan yang layak inilah, ayah dan ibu sibuk bekerja siang dan malam. Akibatnya, anak pun terabaikan.
Para ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anaknya tidak  sempat memberikan perhatian dan kasih sayang yang paripurna. Bahkan untuk memberikan keteladanan sehari-hari kepada anaknya pun tak ada waktu karena sibuk di luar rumah, turut membantu suami mengepulkan asap dapur. Akhirnya, para ibu banyak yang tidak lagi bisa memberikan arahan akan kehidupan yang harus dicapai anak-anaknya. Begitupun dengan sosok ayah. Ia menjadi figur yang asing bagi anak-anaknya.  Tanggung jawabnya untuk menjaga keluarga dari siksa api neraka sebagaimana perintah dari Allah SWT, jelas terabaikan. Sempitnya waktu bersama anak membuat komunikasi menjadi hal yang sangat mahal dalam keluarga. Anak pun terdidik dengan televisi, internet, HP dan  media eletronik lainya. Padahal dari media-media tersebutlah anak mendapatkan pengaruh buruk tentang pergaulan bebas, hidup konsumtif, kekerasan dan aktivitas kriminal lainnya. Anak tidak mengenal kasih sayang sejati dalam rumahnya. Perhatian justru didapat dari teman, geng, bahkan komunitas lain di jalanan.
Solusi Tuntas
Potret buram remaja sebenarnya dapat dituntaskan dengan memperbaiki sistem hidup yang mempengaruhi pemahaman dan perilaku remaja.  Untuk itu dibutuhkan peran dari berbagai unsur: sekolah, keluarga, masyarakat dan negara. Keseluruhannya bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian yang baik pada remaja, kepribadian yang dibangun di atas iman dan takwa.  Semuanya harus bersinergis untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan remaja.
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Di sanalah pertama kali dasar-dasar keislaman ditanamkan. Anak dibimbing orangtuanya bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Rasulullah saw. pernah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-islami). Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikan dirinya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala) (HR al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Dawud dan an-Nasa’i).
Orangtua wajib mendidik anak-anaknya tentang perilaku dan budi pekerti yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Bagaimana anak diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan-santun, kasih-sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Dengan begitu, kelak terbentuk pribadi anak yang shalih dan terikat dengan aturan Islam.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para  malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah atas apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS at-Tahrim [66]: 6).
Masyarakat—yang menjadi lingkungan remaja menjalani aktivitas sosialnya—mempunyai peran yang besar juga dalam mempengaruhi baik-buruknya proses pendidikan, karena remaja merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Interaksi dalam lingkungan ini sangat diperlukan dan berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja. Masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang yang mempunyai pemikiran dan perasaan yang sama, serta interaksi mereka diatur dengan aturan yang sama, tatkala masing-masing memandang betapa pentingnya menjaga suasana kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi muda, maka semua orang akan sepakat memandang mana perkara-perkara yang akan membawa pengaruh positif dan mana yang membawa pengaruh negatif bagi pendidikan generasi. Perkara yang akan membentuk pengaruh negatif pada remaja tentu akan dicegah bersama. Jika ada sekelompok remaja terbiasa nongkrong dengan kegiatan yang tidak karuan, masyarakat setempat seharusnya bertindak membersihkan lingkungan dengan mengajak kelompok remaja tersebut mengalihkan kegiatan dengan hal yang lebih bermanfaat. Di sinilah peran penting masyarakat sebagai kontrol sosial.
Peran paling penting dan strategis dalam membentuk kepribadian remaja ada pada negara melalui pemberlakuan sistem pendidikan. Secara paradigmatik, pendidikan  harus dikembalikan pada asas akidah Islam yang akan menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar-mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru/dosen serta budaya sekolah/kampus tempat remaja eksis di dalamnya.
Paradigma pendidikan yang berasas  akidah Islam harus berlangsung secara berkesinam-bungan mulai dari  TK hingga Perguruan Tinggi yang pada ujungnya nanti diharapkan mampu menghasilkan keluaran (output) peserta didik yang berkepribadian Islam (syakhshiyyah islamiyyah), menguasai  tsaqafah Islam dan ilmu-ilmu kehidupan  (iptek  dan keahlian).
Negara sebagai penyelenggara pendidikan yang utama haruslah menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi berkualitas. Bukan hanya generasi yang mengejar kemajuan teknologi, tetapi juga membentuk kepribadian Islamnya. Negara juga wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan secara layak. Atas dasar inilah negara wajib memiliki visi pendidikan yang fokus pada pembentukan generasi berkualitas dan menyediakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan pendidikan bebas biaya akan membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi setiap individu rakyat untuk mengenyam pendidikan. Dengan itu pendidikan tidak hanya menyentuh kalangan tertentu (yang mampu) saja, dan tidak lagi dijadikan ajang bisnis yang bisa mengurangi mutu pendidikan itu sendiri.
Negara wajib menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal. Mereka ini haruslah yang memiliki kepribadian Islam yang luhur, punya semangat pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan generasi serta cara-cara yang harus dilakukan. Mereka harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Kelemahan sifat pada pendidik berpengaruh besar terhadap pola pendidikan generasi. Seorang guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu pada muridnya, tetapi juga seorang pendidik dan pembina generasi. Agar para pendidik bersemangat dalam menjalankan tugasnya tentu saja negara harus menjamin kehidupan materi mereka.
Lebih dari itu, negara juga wajib mengontrol dan menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi, terutama media yang memberi pengaruh buruk dalam pendidikan dan pembinaan anak.
Peran negara yang seperti ini tentu tidak akan terwujud dalam tatanan sistem yang kapitalis. Hanya negara yang menerapkan Islam secara kaffah-lah yang mampu melaksanakan peran strategis ini. Oleh karena itu, berharap menghapus potret buram remaja dalam tatanan sistem kapitalis saat ini hanyalah mimpi di siang bolong. Karena itu, sudah saatnya mencetak potret cemerlang remaja dan generasi ini dengan tatanan terbaik dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Hanya tatanan Islam dalam institusi Khilafah Islamiyah-lah yang mampu menghapus potret buram remaja dan generasi ini menjadi potret cemerlang dan gemilang.
WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Dede Tisna; Ketua Lajnah Dakwah Sekolah (LDS DPP HTI)]

Sunday, June 17, 2012

Posted on 22 Juli 2011 by muhammadsugiono
Oleh: Syamsuddin Ramadhan
http://muhammadsugiono.files.wordpress.com/2011/07/ramadhan.png?w=150&h=122Seringkali kita tidak mempersiapkan diri semaksimal mungkin dalam menyambut bulan Ramadhan. Akibatnya, ketika bulan yang istimewa ini tiba, kita memperlakukan dan menyambutnya seperti bulan-bulan biasa saja. Bahkan, kadang-kadang kita menganggap, bahwa datangnya bulan istimewa ini justru akan mendatangkan banyak beban.Na’udzubillah min dzalik! Tidak hanya itu saja, kita juga tidak membekali diri dengan pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang hukum-hukum syari’at yang berhubungan dengan bulan Ramadhan. Akhirnya, kita sering melanggar hukum-hukum syari’at yang terkait dengan ibadah shiyam di bulan Ramadhan.

Agar kita tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan sebelumnya, ada beberapa persiapan yang patut dilakukan. Persiapan tersebut dilakukan agar kita berhasil mendapatkan buah Ramadhan yang mahal dan agar kita dapat melakukan amaliyah di bulan Ramadhan secara optimal dan maksimal. Sehingga, kita tidak hanya merasa senang dan gembira dengan datangnya Ramadhan, akan tetapi kita memang sudah siap dengan persiapan yang matang untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan di bulan itu.  

Persiapan Nafsiyah (Kejiwaan)
Yang dimaksudkan dengan persiapan nafsiyyah adalah persiapan–persiapan yang dilakukan untuk menyiapkan jiwa dan moral kita, sehingga secara kejiwaan kita sudah siap menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan hati gembira, dan menyadari sepenuhnya bahwa Ramadhan adalah bulan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Kesiapan jiwa yang sempurna, hingga tercipata sebuah persepsi di dalam diri kita, bahwa Ramadhan bukanlah bulan penuh beban, melainkan bulan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah SWT.

Persiapan Fikriyah (ilmu)
Agar kita dapat melakukan aktivitas kebaikan di bulan Ramadhan secara optimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh ash-shiyâm. Oleh karena itu, persiapan fikriyah tidak kalah pentingnya bagi seorang Mukmin agar ia benar-benar mendapatkan rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT. Dengan pemahaman fiqh ash-shiyâm yang baik,  dia akan memahami dengan benar, mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya.

Atas dasar itu, seorang Mukmin wajib membekali dirinya dengan pengetahuan yang utuh tentang fiqh ash-shiyâm. Ini ditujukan agar kita secara fikriyyah, benar-benar siap menjalankan ibadah di bulan Ramadhan sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya.

Persiapan Jasadiyah (fisik)
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, baik untuk melaksanakan shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik, tentunya seseorang akan dapat melakukan ibadah-ibadah tersebut tanpa satupun yang terlewatkan. Sebab, bila kondisi fisik tidak prima akan terbuka peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila ibadah-ibadah itu terlewatkan, nilai amaliyah Ramadhan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.

Persiapan Materi
Persiapan materi di sini, bukanlah persiapan yang ditujukan untuk membeli pakaian baru, mengumpulkan bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli kue-kue iedul fitri. Akan tetapi, persiapan materi di sini adalah persiapan materi yang ditujukan untuk infaq, shadaqah dan zakat. Sebab, nilai balasan infaq, shadaqah dan zakat akan dilipat gandakan sebagaimana kehendak Allah SWT. Karenanya, mempersiapkan materi di sini mesti dilakukan sedini mungkin, agar dapat dimenej dengan sebaik-baiknya.

Bulan Ramadhan merupakan bulan muwâsah (bulan santunan). Di dalam bulan ini, sangat dianjurkan untuk memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebutir kurma, seteguk air, atau sesendok mentega.
Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan sangat dermawan dan pemurah. Digambarkan, bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah Saw kepada masyarakat begitu merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibn ‘Abbas ra:
Sungguh, Rasulullah Saw saat bertemu dengan malaikat Jibril, lebih dermawan dari pada angin yang dilepaskan.”[HR. Muttafaqun ‘alaih].

Santunan dan sikap ini sudah barang tentu tidak dapat dilakukan dengan baik, kecuali jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.

Persiapan Ramadhan Untuk Anak Kita
Dalam menyambut bulan Ramadhan, kadangkala kita lupa, atau bahkan tidak pernah mempersiapkan anak-anak kita sejak usia dini untuk “belajar” berpuasa.  Padahal, membiasakan diri dengan perilaku-perilaku yang baik kepada anak-anak kita merupakan bentuk kepedulian kita terhadap masa depan anak-anak.

Namun demikian, mengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maknanya, sungguh bukanlah pekerjaan yang mudah. Keberhasilan kita dalam mengkondisikan anak, memerlukan persiapan sejak jauh hari. Ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, untuk merancang pola pendidikan terbaik bagi putra-putri kita selama bulan Ramadhan.

Mengenalkan Ramadhan Lewat Cerita
Stasiun TV biasanya getol mengiklankan tayangan-tayangan favorit guna menyambut Ramadhan, jauh sebelum Ramadhan tiba. Mereka terus menerus menjajakan acara-cara religiusnya untuk mengisi bulan Ramadhan. Oleh karena itu, jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, Anda pun harus memiliki cara khusus untuk mempersiapkan putra-putri Anda. Lalu, bagaimana caranya? Mudah saja, manfaatkan kebiasaan mendongeng atau bercerita yang biasa Anda lakukan. Hanya saja, temanya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan.

Pilih cerita-cerita Islam yang menggambarkan suasana puasa dan keutamaan bagi yang menjalankannya. Bisa juga cerita mengenai kisah-kisah menarik seputar Ramadhan, baik mengenai sahabat atau Rasulullah yang berjuang di bulan Ramadhan. Atau Anda dapat mengarang sendiri cerita yang ada hubungannya dengan tema tersebut, selain menceritakan pengalaman masa kecil Anda ketika menjalani ibadah puasa. Ini akan lebih menarik minat anak, sebab, cerita tersebut lebih hidup dan Anda leluasa berimprovisasi.

Prolog Ramadhan melalui cerita ini dapat dimulai seminggu sebelum datangnya bulan Ramadhan. Di antara waktu bercerita tersebut Anda dapat mengajak anak untuk membuat rencana kegiatan selama bulan Ramadhan nanti, plus target yang ingin mereka capai. Kemukakan juga harapan apa yang Anda harapkan untuk mereka lakukan.

Lewat cerita ini, suasana Ramadhan sudah terbangun dalam alam pikiran anak; sehingga, ia akan mengharapkan kedatangan bulan ini dengan penuh semangat dan antusias.

Membangun Suasana yang Kondusif
Suasana rumah yang berubah juga akan mempengaruhi semangat anak. Misalnya dengan mengubah penataan rumah, mempersiapkan ruang khusus untuk sholat berjamaah dan tadarus al-Qur’an. Ajak anak-anak menghiasi ruang tersebut dengan tulisan kaligrafi dan gambar islami.

Demikian pula untuk dekorasi rumah maupun kamar, mesti didesain agar mampu menciptakan nuansa islami. Misalnya dengan mengubah letak play station, tv ataupun buku dan majalah yang bersifat umum, berganti dengan buku-buku atau majalah keislaman yang mudah dijangkau.

Kamar tidur anak dapat dihias dengan tulisan hadist, motto ataupun semboyan yang akan membangkitkan semangat mereka di saat nanti mereka menahan lapar dan haus ketika puasa. Tempelkan juga target dan jadwal kegiatan yang telah disusun bersama. Ibu sebaiknya mempersiapkan bintang-bintang yang siap ditempel untuk setiap rencana yang berhasil dicapai anak. Kerjakan bersama anak agar ia termotivasi untuk mendapatkan bintang sebanyak mungkin sampai akhir Ramadhan.
Kebiasaan Ayah mengecat rumah menjelang lebaran, yang biasanya dilakukan pada saat puasa, dapat dimulai justru sebelum Ramadhan. Di samping membangun mood anggota keluarga, juga agar selama Ramadhan lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan ibadah.

Persiapan Fisik
Ibu dapat mulai menyusun menu dengan gizi yang seimbang untuk anak yang puasa. Juga mulai melatih pola makan dari 3 kali sehari menjadi 2 kali saja. Bila dilihat dari pola kebiasaan makan, berpuasa sebetulnya hanya memindahkan jam, atau mengurangi satu kali waktu makan saja. Bila biasanya makan 3 kali sehari, menjadi 2 kali, yaitu waktu sahur dan waktu berbuka puasa.

Penyusunan menu ini untuk menghindari terjadinya kekurangan zat gizi pada anak. Kecukupan gizi pada anak akan terpenuhi apabila saat berbuka dan makan sahur mereka mengkonsumsi makanan yang beragam dalam jumlah yang cukup.

Mengajak Anak Untuk Bersahur Bersama
Bila esok hari mulai berpuasa, berarti malam sebelumnya kita disunnahkan melaksanakan sholat taraweh dan sahur. Melatih anak-anak untuk berpuasa dapat dimulai dengan belajar bangun malam untuk makan sahur bersama.

Untuk menarik minat anak, siapkan menu makanan kegemarannya dan buat suasana sahur menyenangkan, sehingga anak tidak merasa berat bangun tengah malam. Biarkan anak makan di akhir waktu sahur. Awal puasa, biarkan mereka mencoba dulu puasa hanya setengah hari. Ia akan berbuka pada tengah hari karena masih latihan. Dengan cara latihan yang bertahap seperti itu, si anak tidak merasa berat lagi untuk melakukan puasa sehari penuh.

Nilai Plus Puasa Bagi Anak
Banyak sekali nilai plus puasa bagi anak-anak. Dari sisi kesehatan, ibadah puasa memberikan istirahat pada organ-organ pencernaan tubuh, termasuk sistem enzim dan hormonal, yang kemudian akan bekerja kembali dengan lebih sempurna.

Selain itu, membiasakan puasa pada anak-anak sejak dini merupakan wahana untuk memupuk sikap disiplin pada diri anak. Berdisiplin untuk bangun sahur pada malam hari, makan tepat waktu berbuka dan menahan nafsu. Selain itu, puasa juga termasuk sebagai latihan untuk taat pada perintah agama.

Latihan ini bukan hanya pada menahan lapar saja, tetapi lebih penting pada esensi berpuasa itu sendiri. Karenanya, bila anak memang belum mampu berpuasa setengah hari penuh, biarlah mereka berbuka di tengah hari. Bukankah segala sesuatunya berlangsung secara bertahap? Termasuk dalam mendidik si kecil dalam hal puasa.

Pembiasaan puasa juga bisa mendidik anak-anak untuk jujur, misalnya mereka tetap berpuasa sekalipun teman-temannya di sekolah tidak. Kalaupun karena tidak kuat menahan lapar atau godaan teman ia terpaksa berbuka di luar rumah, anak juga bisa diajar untuk berterus-terang, bukan berbohong dan malu mengakui kesalahannya. (Syamsuddin Ramadhan)

Sunday, April 15, 2012

Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...

Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...






Seorang professor berdiri di depan

kelas filsafat dan mempunyai

beberapa barang di depan mejanya.



Saat kelas dimulai, tanpa

mengucapkan sepatah kata, dia

mengambil sebuah toples mayones

kosong yang besar dan mulai mengisi

dengan bola-bola golf.



Kemudian dia berkata pada para

muridnya, apakah toples itu sudah

penuh? Mahasiswa menyetujuinya.



Kemudian professor mengambil sekotak

batu koral dan menuangkannya ke

dalam toples. Dia mengguncang dengan

ringan. Batu-batu koral masuk,

mengisi tempat yang kosong di antara

bola-bola golf.



Kemudian dia bertanya pada para

muridnya, Apakah toples itu sudah

penuh? Mereka setuju bahwa toples

itu sudah penuh.



Selanjutnya profesor mengambil

sekotak pasir dan menebarkan ke

dalam toples...



Tentu saja pasir itu menutup segala

sesuatunya. Profesor sekali lagi

bertanya apakah toples sudah penuh?



Para murid dengan suara bulat

berkata, "Yaa!"



Profesor kemudian menyeduh dua

cangkir kopi dari bawah meja dan

menuangkan isinya ke dalam toples,

dan secara efektif mengisi ruangan

kosong di antara pasir.



Para murid tertawa...



"Sekarang," kata profesor ketika

suara tawa mereda, "Saya ingin

kalian memahami bahwa toples ini

mewakili kehidupanmu."



"Bola-bola golf adalah hal-hal yang

penting - Tuhan, keluarga, anak-anak,

kesehatan, teman dan para

sahabat. Jika segala sesuatu hilang

dan hanya tinggal mereka, maka

hidupmu masih tetap penuh."



"Batu-batu koral adalah segala hal

lain, seperti pekerjaanmu, rumah

dan mobil."



"Pasir adalah hal-hal yang lainnya

- hal-hal yg sepele."



"Jika kalian pertama kali memasukkan

pasir ke dalam toples," lanjut

profesor, "Maka tidak akan tersisa

ruangan untuk batu koral ataupun

untuk bola-bola golf. Hal yang sama

akan terjadi dalam hidupmu."



"Jika kalian menghabiskan energi

untuk hal-hal sepele, kalian tidak

akan mempunyai ruang untuk hal-hal

yang penting buat kalian"



"Jadi..."



"Berilah perhatian untuk hal-hal

yang kritis untuk kebahagiaanmu.

Bermainlah dengan anak-anakmu.

Luangkan waktu untuk check up

kesehatan.



Ajak pasanganmu untuk keluar makan

malam. Akan selalu ada waktu untuk

membersihkan rumah, dan memperbaiki

mobil atau perabotan."



"Berikan perhatian terlebih dahulu

kepada bola-bola golf - Hal-hal

yang benar-benar penting. Atur

prioritasmu. Baru yang terakhir,

urus pasir-nya."



Salah satu murid mengangkat tangan

dan bertanya, "Kalau Kopi yg

dituangkan tadi mewakili apa?"



Profesor tersenyum, "Saya senang

kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan

kepada kalian, sekalipun hidupmu

tampak sudah begitu penuh, tetap

selalu tersedia tempat untuk

secangkir kopi bersama sahabat" :-)



---------------------

Tulisan di atas disari dari "google bottle".

Anda bisa memberikan 
komentar di halaman ini:

http://www.anneahira.com/manakala-hidupmu-tampak-susah-untuk-dijalani.htm