Monday, November 28, 2011

Komentar Politik :

Komentar Politik : Revolusi Mesir Membutuhkan Kesadaran dan Keberanian Politik Tinggi !


Revolusi Mesir Itu Benar Bukan Rekayasa, Namun Minus Orang Mukhlis, Kesadaran dan Keberanian Politik

Pada hari Jum’at, 18/11/2011 dan hari-hari berikutnya hingga aksi sejuta umat, pada hari Selasa 22/11/2011, rakyat Mesir melakukan pemberontak terhadap rezim yang dipimpin oleh militer, untuk melanjutkan revolusi mereka di Lapangan Tahrir dan lainnya, dari Lapangan Tahrir dan Taghyir di kota-kota lainnya, mereka memprotes pemerintahan militer, dan menuntutnya untuk lengser, di mana mereka menyerukan untuk menggulingkan Marsekal Muhammad Hussein Tantawi, panglima militer dan Dewan Militernya. Kemudian tentara dan pasukan keamanan melakukan penindasan, puluhan meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. Bahkan kekerasan yang digunakan oleh pemerintahan militer untuk menekan para pengunjuk rasa serupa dengan kekerasan pemerintahan presiden yang digulingkan Hosni Mubarak dan gengnya. Ini semua menunjukkan bahwa pemerintahan militer merupakan perpanjangan dari era presiden yang digulingkan. Sementara Marsekal Muhammad Hussein Tantawi, pemerintahan dan Dewan Militernya yang dituntut lengser oleh rakyat, mencoba untuk menenangkan rakyat dengan mengatakan bahwa pemilu akan diselenggarakan tepat pada waktunya.

Kami ingin menyoroti fakta-fakta penting berikut terkait catatan kami terhadap masalah tersebut:

Pertama, revolusi ini berasal dari perasaan jujur rakyat atas penderitaan dan kesulitan akibat kezaliman yang menyelimutinya, serta keinginan mendalam untuk mengembalikan kehormatannya dan melakukan perubahan yang sesungguhnya. Untuk itu, kemudian rakyat melakukan dan menghancurkan penghalang ketakutan serta memberikan berbagai pengorbanan. Sehingga revolusi rakyat ini merupakan revolusi jujur yang alami. Dan revolusi ini tidak akan berhenti hingga terwujudnya stabilitas rezim yang diterima oleh rakyat, serta mengubah kondisinya secara penuh atau radikal.

Dengan demikian revolusi rakyat ini bukan revolusi buatan yang diciptakan oleh negara-negara besar, seperti Revolusi Jeruk (Orange) di Ukraina dan Georgia yang bertujuan hanya untuk mengantarkan para tokoh politisi antek pada kekuasaan dengan menipu rakyat, yaitu dengan cara mempermainkan perasaannya dan memenuhi beberapa permintaan yang sifatnya sesaat. Revolusi seperti ini, hakikatnya adalah revolusi orang-orang oportunis yang menjadi antek, untuk memperkokoh pengaruh negara-negara besar yang mendukungnya dengan mengalahkan dan mengorbankan kepentingan rakyat. Sehingga kemudian rakyat merasa telah tertipu, sebab kenyataannya tidak ada perubahan selain perubahan pada kulitnya saja.

Kedua, Amerika mencoba melakukan seperti itu di Mesir ketika Amerika terpaksa menendang anteknya yang digulingkan, Hosni Mubarak dari pemerintahan. Kemudian para pemimpin Dewan Militer dan pemerintahnya, sedang mereka adalah para antek Amerika dan perpanjangan dari kekuasaan yang digulingkan, mulai melakukan pembodohan dan penipuan terhadap rakyat dengan berbagai cara. Sungguh rakyat telah merasakan dan menyadari hal itu, sehingga rakyat melanjutkan revolusinya itu, mulai hari Jum’at ini dan menuntut untuk menggulingkan pemerintahan Dewan Militer, serta menghapusnya dari panggung politik, mengulingkan pemerintah, dan bersikeras dengan tuntutannya. Semua ini menunjukkan bahwa revolusi ini berasal dari lubuk hati rakyat yang paling dalam, bukan revolusi buatan Amerika atau negara besar lainnya. Dengan demikian, ini merupakan revolusi yang sesungguhnya, yang berasal dari perasaan rakyat akan pentingnya perubahan.

Ketiga, gerakan yang dilakukan oleh rakyat Mesir ini menunjukkan sejauh mana kesadaran mereka. Sungguh mereka menyadari bahwa sedang berlangsung konspirasi atas mereka untuk mengaborsi revolusi, dan mendatangkan rezim yang lebih buruk daripada rezim sebelumnya, dengan model rezim di Turki dan di Pakistan. Rakyat Mesir menyadari bahwa Amerika sedang membuat formula seperti itu di Mesir, di mana militer berkuasa dalam kehidupan politik, dan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) menjadi pelaksana Konstitusi, pemerintah dan parlemen, serta membuat pasal-pasal untuk berkuasa terhadap konstitusi dan kehidupan politik yang menjamin kekuasaannya terhadap para politisi dan rezim. Sehingga kemudian dilakukan gerakan kudeta putih atau merah, seperti yang terjadi di Turki dan Pakistan atas pesanan dan perintah dari negara-negara besar penjajah apabila Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) mengklaim bahwa ada pelanggaran Konstitusi, ancaman terhadap Republik, atau ancaman terhadap ideologinya, yaitu sekularisme dan demokrasi.

Keempat, ada beberapa orang di Mesir yang dikenal sebagai aktivis Islam, dan mereka memiliki cukup dukungan rakyat, yang menganggap tidak mengapa melakukan kesepakatan dengan militer dan Amerika dengan proses oportunistik yang jelas salah. Bahkan mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang baik. Sayang, mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang membuat proses bunuh diri politik. Seandainya mereka ini memiliki kesadaran dan keberanian politik yang untuh dan sempurna, niscaya mereka tidak akan melakukan semua itu, dan tentu mereka menyadari bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk mengambil alih kekuasaan melalui jalan rakyat, dan mendirikan pemerintahan Islam ketika mereka memimpin rakyat ke arah itu, serta memaksa militer untuk minggir dan kembali ke baraknya, dan berusaha keras untuk tunduk pada kepemimpinan politik, bukan untuk menguasai kepemimpinan politik.

Kelima, sungguh mereka orang-orang mukhlis yang memiliki dukungan rakyat mampu menggerakkan rakyat untuk pergi ke Lapangan Tahrir dan lapangan lainnya di berbagai kota, mengumumkan pembentukan pemerintah yang dengan tulus ikhlas akan memimpin rakyat. Dan dari sana mulai menjalankan semua urusan rakyat, bahkan terus bergerak menuju lembaga-lembaga negara, lalu membebaskannya dari cengkeraman rezim yang digulingkan. Kemudian dari sana mulai melakukan aktivitas riil, memaksa militer untuk meninggalkan kota dan pergi ke garis depan berhadapan langsung dengan Yahudi, serta bersiap untuk melakukan pembebasan wilayah Islam dari cengkeraman Yahudi. Sehingga mereka harus menundukkan militer pada kehendaknya, dan mengendalikan militer sesuai perintahnya.

Sungguh mayoritas rakyat kebanyakan akan mendukung mereka, sebab itu merupakan tuntutannya. Mereka jangan sampai tertipu oleh janji-janji militer dan janji-janji Amerika dengan pemilu, bahwa mereka akan mendapatkan suara mayoritas dalam pemilu, sehingga kemudian mereka melakukan perubahan melalui kemenangan dalam pemilu itu, sebagaimana yang mereka hayalkan.

Bahkan, revolusi rakyat yang diberkati ini adalah kesempatan emas mereka untuk melakukan perubahan radikal, hingga mereka memegang kendali semua urusan, dan menerima kekuasaan dari rakyat, mengingat rakyat pemilik kekuasaan yang sebenarnya, dan menundukkan militer pada kekuasaan ini, kemudian menyerahkan kekuasaan pada orang-orang yang ikhlas, sadar, serta memiliki kemauan yang jujur di antara generasi mudanya, sehingga mereka segera mulai menerapkan Konstitusi Islam dengan mengumumkan khalifahnya dan membaiatnya untuk menerapkan al-Qur’an dan As-Sunnah, serta menerapkan Konstitusi yang semua pasalnya digali dari kedua sumber hukum yang mulia ini, bukan dari perundang-undangan buatan manusia, yang membuat rakyat Muslim Mesir yang perkasa ini terus bertambah sengsara karena diterapkannya undang-undang buatan manusia yang diimpor dari Barat, sejak dominasi Prancis, kemudian Inggris, dan setelah itu Amerika terhadap negeri ini, dan penghapusan hukum Islam, sejak era Jamal Abdul Nashir hingga saat sekarang ini.

Dalam hal ini, Hizbut Tahrir telah menyusun Undang-Undang Dasar Islam, di mana seluruh pasalnya digali dari al-Qur’an dan As-Sunnah, menyusun perumusan Undang-Undang Dasar secara mendetail, serta menjelaskan alasan untuk setiap pasal, dan membuat mekanisme penerapannya sehingga menjadikannya siap untuk diterapkan dengan mudah, gampang, tidak rumit dan tidak saling bertentangan. Dan Hizbut Tahrir menawarkannya kepada masyarakat di semua tempat.

Sehingga apabila orang-orang yang mukhlis itu diberikan amanah untuk mendirikan sistem Islam, maka Undang-Undang Dasarnya telah ada dan siap untuk diterapkan dengan kesadaran penuh tanpa ada kebingungan sama sekali. (Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 27/11/2011)



0 comments:

Post a Comment